Jumat, 27 Juli 2012

Kreatifitas di Tengah-tengah Trend Berwirausaha

Oleh: Evan Adiananta

Ketika saya mengamati jalanan di gerbang kecil belakang Universitas Kristen Satya Wacana, saya melihat warung-warung yang menjual makanan, berjejer dengan jarak yang dekat. Hanya butuh berjalan kaki beberapa meter dari warung makan khas Batak, saya sudah bisa menemukan warung Burjo (Bubur Kacang Ijo), lalu tak sampai 5 meter, saya sudah melihat warung makan Manado dan warung makan khusus penyuka lombok hijau. Dan semua warung makan itu, selalu ada pembelinya.

“Seperti presentasi dari cabang Banjarmasin yang ingin membuat Kafe Suka-suka, di Banjarmasin sudah ada kafe, ya buatlah kafe yang berbeda. Jika sudah banyak orang yang memiliki usaha sama, seharusnya kita menekankan sisi kreatifitas,” jelas Johan Jimy Carter Tambotoh, pembawa materi Berpikir Kreatif (26/7).

Kewirausahaan sekarang menjadi trend. Ada yang berwirausaha sendiri, maupun bersama-sama melalui jaringan. “Istri saya membuka online shop menggunakan akun Facebook-nya, dan pemesanannya sudah sampai ke Papua, dan tentu saja harga jualnya menjadi 2,5 kali lipat karena biaya transportasinya mahal. Tapi, bagaimana caranya untuk menekan biaya itu? Saya menghubungi teman di sana, untuk kemudian dia distribusikan. Itulah pentingnya jaringan,” ungkap Johan.

“Saya berharap bahwa kalian bisa menggunakan waktu pelatihan ini, untuk mencari dan membangun jaringan,” tambahnya.

Namun, seorang yang berwirausaha bukan hanya membutuhkan keahlian dan kecakapan berpikir kreatif. Wirausahawan juga membutuhkan motivasi. “Keahlian dan kecakapan berpikir kreatif saja tidak cukup, tapi motivasi untuk menumbuhkan niat berwirausaha juga penting,” kata Johan.

“Kalian tak perlu menunggu ide atau sesuatu yang baru untuk mulai berwirausaha, kalian bisa menggunakan Teknik Visual Thinking; Seeing, Drawing, dan Imagining atau Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM),” pesan Johan.

0 komentar:

Posting Komentar